Suasana saur bareng keluarga, dan biasanya ada suara
segelintir anak kecil yang menabuh beduk atu ember bekas untuk membangunkan
kita saur, bahkan suara petasan dari anak-anak yang baru balig,
Suasana siang hari yang biasnya biasa-biasa aja kini jadi tepar
luar biasa, bahkan dulu ketika belum puasa melihat kecoa itu biasa sekarang
melihatnya bagaikan melihat sebutir korma,
Lalu suasana berbuka yang gak kalah asiknya, berkumpul
dengan keluarga, memakan takjil sambil
cerita-cerita, terkadang anak-anak yang baru akhil baliq tadi keluar lagi
sambil membawa sebatang dua batang kembang api ditanganya dan BOOM !!, tontonan
yang menarik saat berbuka,
Suasana teraweh yang kadang kita sering mencari-cari alasan
agar gak teraweh, dari yang perutnya sakit, kekenyangan sampai pura-pura mati
eh.. tidur maksudnya.
Hah… bersyukurlah
kalian yang masih mersakan hal itu, karena suatu saat hal-hal seperti itulah
yang bakal kalian kangenin waktu kalian sudah berposisi kayak gue sekarang. Menjadi
anak perantauan di pulau tetangga. Mencari ilmu demi cita-cita.
Ini kali kedua gue melaksanakan ibadah puasa di nengri
tetangga, bedanya dengan yang pertama adalah gue masih bisa ngerasain hangatnya
tidur bareng ayah buat yang terakhir kalinya sebelum akhirnya ayah dipanggil
kesurga.
Suasana ramadhan kali ini sedikit berbeda, memang sih gue
masih bisa ngerasaain yang namanya sar, traweh, buka, suara mercon tapi
semuanya akan terasa beda tanpa keluarga.
Luar biasa rasanya ketika dibangunin saur oleh ibunda, bukan
suara alaram handphon yang bisa dimatikan,
Luar biasa rasanya ketika bangun langsung bisa merasakan hangatnya secangkir the hangat,
nasi hangat dan juga berbagai lauk pauk yang sudah tersedia tanpa pernah
berpikir jam berapa ibu bangun dan menyelesaikan semua hidangan ini. Sekarang air
putih dan mie instan adalah makan saur utama.
Luar biasa rasanya ketika siang hari dimarahin karena hanya
tidur saja tanpa melakukan apa-apa, sekarang tidur dari setelah subuh sampai
berbukapun gue gak bisa dengerin suara merdu itu lagi,
Luar biasa rasanya ketika menunggu berbuka sambil bercerita
bersama keluarga, bukan menonton tv dan main game semata.
Luar biasa rasnya ketika berbuka memakana makanan bunda,
bukan nasi sayur buatan warteg .
Luar biasa rasanya ketika suara teriakan menyuruh teraweh
keluar dari lisan orang tua, dan sekarang, sekuat apapun gue berusaha
mendengar, gak akan terdengar suara itu.
Menjalankan ibadah puasa diperantauan sebenernya gak
buruk-buruk juga sih. Justru disinilah gue
bisa ngerasain yang namanya kangen keluarga dan juga belajar mandiri
tanpa harus tegantung orang tua lagi.
Intinya sih ntah kalian anak perantauan atau yang saat ini
masih bisa menikmati hangatnya buka bersama keluarga yang terpenting dari itu
semua di bulan penuh rahmat ini adalah bersyukur. Karena dibalik itu semua
pasti ada hikmah dibaliknya.
Thanks gaes udah mampir di blog butut ane :v
MARHABAN
YA RAMADAN YA DARI PANGERAN BEGOK SEKELUARGA 0:)
No comments:
Post a Comment