Thursday, 4 February 2016

TRAGEDI BANGUN PAGI (BAGIAN 1)

Suara gertakan Emak lebih bisa membangunkanku ketimbang suara alarm handphone. Suaranya itu seperti mempunyai kekuatan luar biasa, plus tamparan dan cipratan air yang  membuatku seperti tidak ada alasan lagi untuk terus menempel pada kasur busaku. Lalu, biasanya semua adegan itu akan diakhiri dengan ceramah ala  ustad, “MAU SAMPAI KAPAN KAMU SEPERTI INI GUS ! BERKAH ITU DATANGNYA DIWAKTU PAGI TAU !”

Aku yang tidak punya kata-kata lagi untuk menjawabnya, ya, karena memang sudah skakmat, hanya bisa terdiam dengan mata sembab menatap langit-langit putih kamarku, dan akhirnya, dengan badan lemas akupun beranjak bangun.

Terkadang, bukan seruan Bos Besar yang membangunkanku, tetapi, sesosok mahluk yang mirip tuyul tiba-tiba loncat kekasur dan menimpa badanku dengan frontal.

“Heekk !! Adek  !!” kataku terbangun .

Meskipun beberapa kali tubuhku ditimpa oleh anak laki-laki umur tiga tahun yang beratnya lumayan, untungnya tulang rusukku tidak ada yang patah.

 “Mas Agus, Ti.. top ! Ti.. top !” serunya dengan tidak fasih, minta dimainkan laptop.

Biasanya kalau lagi pulang kampung aku sering membawa pulang laptopku yang berisi game-game, tujuannya ya, apalagi kalau bukan untuk menyenangkan tuyul satu ini.

“Bentar dek, Mas masih ngantuk nih.. !” kataku sambil merubah posisi tidur miring kekanan.

“Ti.. top !  Ti.. top ! TITOPPP !!!” serunya lagi, kali ini dengan menjambak rambutku ke arah belakang dengan sekuat tenaganya.

“ADUHHH !! IYA, YA, YA, YAA.. !” Akupun mengalah dan menuruti permintaannya.

Sebenarnya hal ini akan lebih menguntungkan kalau Adekku bisa bermain gamenya sendiri, jadi, aku cuman menghidupkan laptop, Dia bisa bermain sendiri,  dan akupun bisa melanjutkan mimpi yang bersambung tadi. Tetapi, semua itu hanya harapanku saja, aku masih harus memainkan game GTA SA untuknya. Diapun hanya duduk dipangkuanku sambil memasukkan jari telunjuk dan jari tengah ke mulut, dan menghisapnya.

Masih beruntung kalau dia bangun  sekitaran jam lima pagi, itu masih memberikanku cukup waktu untuk tidur. Bencana terjadi kalau dia terbangun tengah malam atau sekitar jam tiga pagi dan kejadian pembangunan tidur frontal itu terjadi, aku cuman bisa pasrah, dan menjadi pesuruhnya (lagi ) tetapi dengan kantung mata yang lebih besar dari pada sebelumnya.

Semua tragedi bangun pagi itu membuatku sedikit frustasi, karena aku sering mengantuk ketika bekerja,  dan pekerjaanku mengharuskanku untuk terus fokus, kalau tidak, bisa fatal akibatnya. Akupun mencari ide agar hal-hal yang mengganggu tidurku itu bisa diatasi.

ILUSTRASI

Dimalam hari sebelum tidur, akupun merenungkannya…

(Bersambung, bagian 2)

No comments:

Post a Comment